Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dituduh seorang analis Iran-Amerika, Negar Mortazavi, tengah dimanipulasi oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam konflik Iran-Israel yang telah berlangsung selama delapan hari. Mortazavi menilai pernyataan-pernyataan Trump yang kontradiktif menunjukkan kurangnya strategi dan tujuan yang jelas dari presiden AS tersebut.
Perubahan sikap Trump yang drastis menimbulkan spekulasi di kalangan pengamat. Banyak yang berpendapat bahwa presiden AS tersebut lebih terbawa arus daripada memimpin situasi.
Tuduhan Manipulasi Netanyahu
Mortazavi, dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, secara tegas menyatakan keraguannya akan pemahaman Trump terhadap situasi. Ia menyoroti bagaimana Netanyahu, yang telah bertahun-tahun berupaya mendorong AS untuk menyerang Iran, berhasil mempengaruhi Trump hingga ikut terlibat dalam konflik ini.
Komentar Mortazavi tersebut semakin diperkuat oleh pernyataan Trump yang sebelumnya mengklaim dirinya sebagai presiden perdamaian dan berjanji mengakhiri konflik. Ironisnya, konflik baru justru terjadi di Timur Tengah selama masa kepemimpinannya.
Pernyataan Trump yang Kontradiktif
Sejak pecahnya perang antara Iran dan Israel pada 13 Juni 2025, pernyataan-pernyataan Trump mengenai Teheran dan Israel tampak saling bertentangan. Awalnya, ia menyerukan diakhirinya perang dan menyiratkan kedatangan perdamaian.
Namun, kemudian ia justru mengemukakan opsi pembunuhan Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, dan bergabung dalam kampanye pemboman Israel. Gedung Putih bahkan menyatakan bahwa Trump akan memutuskan keterlibatan AS dalam perang dalam waktu dua minggu ke depan.
Taktik “Tepi Jurang” dan Risiko Eskalasi
Beberapa analis berpendapat bahwa Trump menggunakan retorika agresifnya terhadap Iran sebagai taktik “tepi jurang” untuk memaksa Teheran menyerahkan program nuklirnya sepenuhnya. Namun, strategi ini berisiko tinggi.
Para ahli memperingatkan bahwa taktik tersebut dapat memicu perang total antara AS dan Iran. Ribuan tentara AS di Timur Tengah akan menjadi target serangan rudal Iran.
Potensi gangguan jalur pelayaran di Teluk Persia juga menjadi ancaman serius. Anggota parlemen Iran bahkan telah mengusulkan penutupan Selat Hormuz, jalur vital bagi 20 persen pasokan minyak dunia.
Presiden National Iranian American Council, Jamal Abdi, menilai bahwa Trump berusaha menciptakan citra dirinya sebagai sosok yang tidak terduga dan agresif, sehingga dapat memaksakan tuntutan keras yang selama ini ditolak Iran.
Pernyataan Abdi tersebut semakin menguatkan dugaan bahwa situasi saat ini, yang penuh dengan ketidakpastian, mungkin merupakan hasil dari suatu perhitungan politik yang rumit dan berisiko tinggi.
Konflik Iran-Israel yang sedang berlangsung merupakan situasi yang sangat kompleks dan dinamis. Analisis mengenai peran dan motif berbagai pihak yang terlibat terus berkembang seiring dengan perkembangan situasi di lapangan.