Di Jakarta, keluarga Hayati dan Safitri membuktikan bahwa usaha kecil rumahan bisa berdampak besar. Berbekal produksi tauco Betawi satu hingga dua ember setiap harinya, mereka mampu memenuhi kebutuhan hidup. Keberhasilan mereka tak hanya diukur dari penghasilan harian, tetapi juga dari peluang lain yang terbuka berkat konsistensi usaha mereka.
Ketekunan mereka selama bertahun-tahun menjalankan usaha tauco rumahan akhirnya membuahkan kepercayaan dari bank untuk mendapatkan pinjaman. Bagi Hayati dan Safitri, ini adalah bukti nyata bahwa rezeki bisa datang dari berbagai arah tak terduga.
Menjaga Ciri Khas Tauco Betawi Rumahan
Safitri, di rumahnya di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, menjelaskan proses pembuatan tauco. Setiap hari, ia merebus 13 kilogram kacang kedelai yang telah dicampur garam dan sereh.
Proses pembuatannya memakan waktu minimal dua hari. Satu hari untuk merebus, dan sehari lagi untuk fermentasi.
Usaha ini berawal dari sang mertua, Hayati. Suami Safitri, anak ketiga Hayati, membantu ibunya membuat tauco sejak sebelum menikah.
Setelah menikah, Safitri bergabung dan memulai usaha tauco sendiri di rumah orang tuanya di Parung. Namun, karena kesulitan pemasaran di Parung, mereka akhirnya kembali ke Kebayoran Lama.
Bisnis Kecil yang Berdampak Besar
Keluarga besar Hayati dan Safitri hidup cukup berkat usaha tauco meski produksinya terbilang kecil. Hayati memiliki lima anak yang telah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri.
Hayati telah menjalankan usaha tauco rumahan sejak usia 20-an, hingga kini usianya 63 tahun. Ia memulai usaha ini sejak tahun 1985.
Produksi tauco dilakukan di lantai dua rumahnya. Meski sudah lanjut usia, Hayati masih mampu membuat adonan tauco sendiri.
Untuk membungkus tauco, Hayati dibantu anak dan menantunya. Proses membungkus lebih melelahkan dibanding proses lainnya seperti mencuci dan merebus kacang.
Hayati dikenal dermawan dan menghargai setiap bantuan, sehingga ia selalu memberikan upah kepada anak dan menantunya. Hal ini turut menjaga keharmonisan keluarga.
Dipercaya Dapat Pinjaman BRI
Konsistensi usaha tauco membuat keluarga Safitri dipercaya bank untuk mendapatkan pinjaman. Safitri, nasabah BRI sejak lama, mengajukan pinjaman KUR pertama kali pada tahun 2019 senilai Rp 35 juta.
Dua tahun kemudian, ia mengajukan top up untuk renovasi rumah dengan pinjaman Kupedes sebesar Rp 120 juta. Ia juga mengajak anggota keluarga lain menjadi nasabah BRI.
Keluarga Safitri membentuk klaster yang dinamakan Klaster Tauco, tergabung dalam program Klusterku Hidupku BRI Unit Rawa Belong.
Kepala BRI Unit Rawa Belong, Eko Sulistyo, menjelaskan bahwa Klaster Tauco merupakan salah satu klaster unggulan di wilayah Kebayoran Lama. Klaster ini terdiri dari satu keluarga yang konsisten memproduksi tauco.
Keberhasilan keluarga Hayati dan Safitri membuktikan bahwa usaha kecil yang dikelola dengan konsisten dan penuh dedikasi dapat memberikan dampak besar, tak hanya secara ekonomi, tetapi juga membuka akses terhadap peluang lain seperti kemudahan akses pinjaman perbankan. Kepercayaan yang diberikan oleh BRI menunjukkan potensi besar dari usaha rumahan yang dijalankan secara berkelanjutan dan profesional.