Harga mobil listrik asal China belakangan ini semakin kompetitif, bahkan terbilang “tak masuk akal”. Kendaraan-kendaraan tersebut menawarkan fitur dan teknologi canggih dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan kompetitornya. Tren ini diperkirakan akan berlanjut di masa depan.
Hal ini memicu pertanyaan: apakah ini pertanda baik atau buruk bagi industri otomotif global?
Prediksi Harga Mobil Listrik China di Masa Depan
Zhu Jiangming, CEO Leapmotor, memprediksi SUV ukuran sedang hingga besar bisa dijual dengan harga 50.000 yuan (sekitar Rp 110 juta) di masa depan. Ia beralasan, penurunan harga komponen dan material elektronik turut berperan besar dalam hal ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Zhu dalam sebuah wawancara dengan Carnewschina pada Kamis (12/6). Ia yakin biaya produksi akan terus turun berkat kemajuan teknologi.
Bukan hanya mobil, harga elektronik lain buatan China juga mengalami penurunan signifikan. Televisi 100 inci kini bisa didapatkan dengan harga sekitar Rp 11 juta, jauh lebih murah dibandingkan beberapa tahun lalu. Begitu pula dengan AC 1 PK yang harganya kini sekitar Rp 2 juta.
Zhu menambahkan, peningkatan integrasi chip akan menjadi kunci utama penurunan biaya produksi. Ia memperkirakan biaya utama mobil di masa depan akan didominasi oleh System-on-Chip (SoC), bahan baku seperti baja, plastik, karet, aluminium, dan litium karbonat untuk baterai, serta biaya pemrosesan.
Perang Harga dan Seruan Pemerintah China
Meskipun harga terjangkau menjadi daya tarik utama mobil-mobil China, pemerintah setempat memiliki pandangan berbeda. Mereka menilai perang harga yang terjadi di antara produsen lokal tidak sehat untuk perkembangan industri jangka panjang.
Pemerintah China telah memanggil sejumlah petinggi perusahaan otomotif ke Beijing. Mereka mendesak para produsen untuk melakukan *self-regulation* dan menghentikan perang harga yang tidak berkelanjutan.
Meskipun perang harga berkontribusi pada peningkatan penjualan mobil di China, pemerintah khawatir persaingan yang terlalu ketat akan berujung pada penurunan kualitas dan inovasi. Mereka menginginkan persaingan yang sehat dan berkelanjutan.
Penurunan harga mobil listrik dan hybrid di China dalam dua tahun terakhir memang cukup drastis. Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM) bahkan memperingatkan potensi dampak negatif perang harga yang tidak terkontrol terhadap persaingan di pasar lokal.
Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China (MIIT) berencana memperketat regulasi untuk mencegah persaingan yang tidak produktif. Namun, beberapa pihak pesimis rencana ini akan berhasil.
Prospek dan Tantangan ke Depan
Tren penurunan harga mobil listrik China menghadirkan tantangan dan peluang bagi industri otomotif global. Di satu sisi, konsumen mendapatkan keuntungan berupa harga yang lebih terjangkau.
Di sisi lain, produsen mobil dari negara lain harus beradaptasi agar tetap kompetitif. Mereka perlu menemukan strategi untuk menjaga kualitas dan inovasi tanpa harus terlibat dalam perang harga yang merugikan.
Ke depannya, perkembangan teknologi dan regulasi pemerintah akan menjadi faktor kunci yang menentukan arah industri otomotif, khususnya di pasar mobil listrik. Apakah perang harga akan terus berlanjut atau berakhir dengan regulasi yang lebih ketat, masih menjadi pertanyaan yang menarik untuk dikaji.
Pemerintah China berupaya menyeimbangkan antara mendorong pertumbuhan industri otomotif dalam negeri dengan mencegah persaingan yang tidak sehat. Suksesnya upaya ini akan menentukan masa depan industri otomotif China dan dampaknya bagi pasar global.
Kesimpulannya, pasar mobil listrik global tengah mengalami perubahan signifikan. Kehadiran produsen mobil China dengan harga yang sangat kompetitif telah mengubah lanskap persaingan. Tantangan bagi semua pemain di industri ini adalah bagaimana beradaptasi dan tetap berinovasi di tengah perubahan yang begitu dinamis.