Meta, perusahaan induk Facebook, semakin gencar dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). CEO Mark Zuckerberg dilaporkan secara langsung memimpin tim yang bertujuan menciptakan mesin AI super cerdas, melampaui kemampuan manusia. Proyek ambisius ini didukung oleh investasi yang sangat besar.
Kecemasan Zuckerberg atas lambannya perkembangan AI di Meta menjadi pemicu utama inisiatif ini. Ia bahkan mengundang para ahli AI ke kediaman pribadinya di Lake Tahoe dan Palo Alto untuk membahas strategi pengembangan.
Ambisi Zuckerberg: AI Super Cerdas yang Melewati Kemampuan Manusia
Meta telah mengintegrasikan AI ke dalam berbagai produknya, termasuk Facebook, WhatsApp, aplikasi Meta lainnya, dan kacamata Ray-Ban. Mereka juga mengembangkan chatbot berbasis AI.
Namun, persaingan di industri AI sangat ketat. Model bahasa besar Meta, Llama, mengalami beberapa kendala dan belum mampu menyaingi popularitas ChatGPT.
Kekecewaan atas perkembangan Llama 4, model bahasa besar terbaru Meta, mendorong Zuckerberg untuk mengambil kendali langsung atas proyek ini. Ia berencana merekrut sekitar 50 ahli AI dan telah melakukan penataan ulang kantor di Menlo Park untuk menampung tim AI baru.
Investasi Masif dan Perekrutan Ahli untuk Mendukung Proyek
Salah satu langkah strategis Zuckerberg adalah menjalin kerjasama dengan Scale AI, startup AI yang dipimpin oleh Alexandr Wang. Laporan menyebutkan Meta akan menginvestasikan hingga USD 14 miliar (sekitar Rp 227 triliun) ke Scale AI.
Wang, CEO Scale AI yang berusia 28 tahun, dinilai sebagai sosok pemimpin yang tepat karena memiliki kemampuan teknis dan bisnis yang mumpuni. Strategi investasi besar ini mirip dengan yang dilakukan Alphabet dan Microsoft di perusahaan AI lainnya.
Menyaingi OpenAI dan Pemain AI Lainnya
Tujuan utama Zuckerberg adalah menjadikan Meta sebagai pusat kekuatan AI. Keberhasilan OpenAI dengan ChatGPT menjadi motivasi utama di balik ambisi ini. Targetnya adalah menciptakan AI yang mencapai kapasitas “superintelligence,” yaitu kecerdasan yang jauh melampaui kemampuan manusia.
Namun, sebelum mencapai superintelligence, AI terlebih dahulu harus mampu menyamai kemampuan kognitif manusia, yang dikenal sebagai Artificial General Intelligence (AGI).
Para peneliti AI masih berdebat mengenai jarak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai AGI. Beberapa memperkirakan hanya beberapa tahun lagi, sementara yang lain meyakini masih membutuhkan waktu yang jauh lebih lama.
Meta menghadapi persaingan ketat dari perusahaan-perusahaan besar seperti OpenAI (yang didukung Microsoft), Alphabet, dan sejumlah startup AI lainnya yang juga mendapat pendanaan besar, termasuk xAI milik Elon Musk dan Anthropic. Apple, yang awalnya bergerak lambat, juga baru-baru ini mengumumkan beberapa perkembangan AI.
Upaya Meta untuk mengembangkan AI super cerdas merupakan langkah berani di tengah persaingan industri yang semakin ketat. Keberhasilan proyek ini akan sangat bergantung pada kemampuan Meta untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik di bidang AI serta keberhasilan dalam mengatasi tantangan teknis yang kompleks. Jalan menuju AGI masih panjang dan penuh tantangan, namun ambisi Zuckerberg untuk memimpin Meta menjadi pemain utama dalam revolusi AI patut diapresiasi.