Di tengah maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal di Indonesia, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyampaikan prediksi optimistis. Ia memperkirakan akan ada penciptaan lapangan kerja baru dalam jumlah signifikan menjelang akhir tahun 2025.
Prediksi ini muncul sebagai respons terhadap kekhawatiran publik terkait gelombang PHK yang telah terjadi. Luhut meyakini bahwa angka PHK tersebut akan diimbangi bahkan dilampaui oleh penambahan lapangan kerja baru.
Relokasi Pabrik Tekstil: Sumber Lapangan Kerja Baru
Luhut menyatakan bahwa sekitar 67.780 lapangan pekerjaan baru diproyeksikan tercipta hingga akhir tahun. Hal ini terutama didorong oleh relokasi sejumlah pabrik tekstil dari merek global ke Indonesia.
Ia menekankan pentingnya industri padat karya bagi perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Relokasi ini, menurut Luhut, merupakan bukti kepercayaan investor global terhadap potensi industri di Tanah Air.
Sebaran Pabrik dan Penyerapan Tenaga Kerja
Berdasarkan paparan Luhut, dua merek tekstil global akan membangun pabrik baru di beberapa wilayah Indonesia. Rinciannya meliputi lokasi dan jumlah pekerja yang akan direkrut di masing-masing lokasi.
Di Banten, dua pabrik akan dibangun di Serang dan Tangerang, yang akan menyerap 1.520 tenaga kerja. Jumlah ini merupakan sebagian kecil dari total proyeksi lapangan kerja baru.
- Jawa Barat akan menampung 11 pabrik di berbagai kota, termasuk Cirebon, Majalengka, dan Bekasi, dengan total kebutuhan pekerja sebanyak 5.469 orang.
- Jawa Tengah menjadi lokasi dengan penyerapan tenaga kerja terbanyak, yaitu 60.481 orang di 10 pabrik yang tersebar di berbagai kota seperti Brebes, Boyolali, dan Pekalongan.
- Satu pabrik di Pleret, Jawa Timur, akan membuka kesempatan kerja bagi 400 orang.
Distribusi pabrik yang merata di beberapa provinsi diharapkan dapat mengurangi disparitas ekonomi dan menciptakan pemerataan kesempatan kerja di Indonesia. Pemerintah juga terus berupaya menarik investasi asing untuk sektor padat karya lainnya.
Bantahan Terhadap Kontraksi Industri Tekstil dan Alas Kaki
Luhut membantah anggapan adanya kontraksi di industri tekstil dan alas kaki Indonesia. Ia justru menyoroti relokasi industri dari China ke Jawa Tengah.
Fenomena relokasi ini, menurutnya, menunjukkan daya saing Indonesia di sektor tersebut. Jumlah tenaga kerja yang diserap dari relokasi ini cukup signifikan, mencapai 10.000 orang.
Luhut juga menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memilih untuk berinvestasi di kota-kota kecil di Jawa Tengah, bukan di zona ekonomi khusus. Faktor ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi di luar kawasan industri terpusat.
Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) per 20 Mei 2025 mencatat angka PHK mencapai 26.455 orang. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran per Februari 2025 mencapai 7,28 juta orang atau setara dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,76%. IMF memproyeksi angka pengangguran Indonesia di tahun 2025 akan mencapai 5%, menempatkan Indonesia di posisi kedua negara berkembang di Asia Pasifik dengan angka pengangguran tertinggi.
Meskipun angka PHK dan pengangguran masih tinggi, prediksi penciptaan lapangan kerja baru oleh Luhut memberikan harapan bagi perbaikan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia. Pemerintah diharapkan dapat terus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri.
Keberhasilan relokasi industri dari negara lain dan penciptaan lapangan kerja baru menunjukkan potensi Indonesia untuk mengatasi tantangan ketenagakerjaan. Namun, pengawasan dan evaluasi berkelanjutan tetap penting untuk memastikan efektivitas program-program pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.