Potosi, sebuah kota di Bolivia, menyimpan kisah unik tentang Gunung Cerro Rico, sebuah gunung yang kaya akan mineral, khususnya perak, namun juga disebut sebagai ‘pemakan manusia’. Sejarah panjang penambangan di gunung ini telah meninggalkan jejak yang dalam, baik dari segi ekonomi maupun sosial.
Kemakmuran yang dihasilkan dari Cerro Rico menarik banyak pendatang, memicu perlombaan dalam penambangan yang mengabaikan keselamatan dan lingkungan. Praktik penambangan yang tidak bertanggung jawab ini masih berlangsung hingga kini.
Cerro Rico: Kekayaan yang Mematikan
Cerro Rico, atau “Gunung Kaya,” memang pernah menjadi sumber kekayaan utama Potosi dan Bolivia. Namun, penambangan yang dilakukan secara tidak terkendali telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius.
Akses mudah dan harga murah dinamit menjadi salah satu penyebabnya. Dinamit digunakan untuk mempercepat proses penambangan, meski metode ini sangat berbahaya bagi para penambang. Meskipun ilegal, penggunaan dinamit tetap marak.
Penggunaan merkuri dalam proses pemurnian mineral juga menjadi masalah besar. Bahan kimia berbahaya ini mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan para penambang, bahkan menyebabkan kematian.
Kondisi kerja yang berbahaya di dalam tambang juga menjadi faktor utama tingginya angka kematian. Lorong-lorong sempit dan kurangnya ventilasi menyebabkan kekurangan oksigen, sementara debu mineral menyebabkan penyakit paru-paru kronis seperti silikosis.
Dampak Penambangan Terhadap Masyarakat Potosi
Potosi, kota yang terletak di ketinggian lebih dari 4.000 mdpl, merupakan salah satu kota tertinggi di dunia. Ironisnya, kekayaan Cerro Rico tak mampu mengangkat kesejahteraan penduduknya.
Potosi kini justru dianggap sebagai salah satu daerah termiskin di Bolivia. Banyak warga, termasuk anak-anak, terpaksa bekerja di tambang dengan risiko kesehatan dan keselamatan yang tinggi.
Usia harapan hidup para penambang relatif pendek, hanya sekitar 40 tahunan. Selain bahaya di dalam tambang, eksploitasi Cerro Rico juga telah meninggalkan bekas berupa gundukan tanah yang tidak stabil.
Harapan di Tengah Kesulitan
Meskipun menghadapi kesulitan ekonomi dan sosial yang berat, masyarakat Potosi tetap menunjukkan semangat dan kreativitas yang tinggi. Mereka memiliki rasa persaudaraan yang kuat dan dikenal akan karya seni dan musiknya yang kaya.
Festival tambang yang diselenggarakan setiap tahun menjadi bukti ketahanan budaya masyarakat Potosi. Festival ini menampilkan beragam karya seni dan budaya, termasuk tarian tradisional, yang memperlihatkan sisi lain dari kehidupan kota tersebut.
Kisah Potosi dan Cerro Rico merupakan sebuah pengingat akan pentingnya keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan serta keselamatan manusia. Harapannya, di masa depan, penambangan di Cerro Rico dapat dilakukan dengan lebih bertanggung jawab, menghormati lingkungan dan keselamatan para penambang, sehingga kekayaan alam dapat dinikmati secara berkelanjutan oleh generasi mendatang.