China mengecam keras pernyataan G7 terkait berbagai isu, termasuk Laut China Selatan, Laut China Timur, dan Taiwan. Kementerian Luar Negeri China menyebut pernyataan tersebut sebagai manipulasi dan campur tangan dalam urusan domestik negara tersebut. Pernyataan keras ini muncul sebagai respons atas deklarasi resmi G7 pasca-pertemuan puncak mereka di Kanada.
G7 Dikecam China Atas Pernyataan Terkait Laut China Selatan, Timur, dan Taiwan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyampaikan kecaman resmi pemerintah terhadap pernyataan G7 pada konferensi pers di Beijing. Guo menyebut pernyataan tersebut tidak bertanggung jawab dan melanggar norma hubungan internasional.
Pertemuan G7 di Kanada (15-17 Juni) dihadiri oleh tujuh negara anggota tetap: Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Dalam deklarasi resminya, G7 menyoroti kekhawatiran terkait aktivitas China di Laut China Selatan dan Timur, serta menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Pernyataan G7 juga memperingatkan China untuk menghindari praktik distorsi pasar dan kelebihan kapasitas yang merugikan negara lain. Hal ini dianggap China sebagai tuduhan tidak berdasar dan sebagai dalih untuk proteksionisme perdagangan.
Tuduhan Distorsi Pasar dan Kelebihan Kapasitas Dianggap Tidak Berdasar
Guo menekankan bahwa tuduhan G7 mengenai distorsi pasar dan kelebihan kapasitas industri China sama sekali tidak berdasar. Ia menyebutnya sebagai upaya untuk membatasi kemajuan ekonomi China dan mempolitisasi isu ekonomi dan perdagangan.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, sebelumnya menuding China melakukan distorsi perdagangan global melalui kelebihan kapasitas dan subsidi yang berlebihan. China membantah keras tuduhan ini, menganggapnya sebagai bentuk praktik proteksionisme Barat.
Tanggapan China atas Tuduhan G7
China secara tegas menolak semua tuduhan yang dilontarkan G7. Mereka menganggap pernyataan tersebut sebagai upaya untuk menghambat kemajuan ekonomi China.
China mendesak G7 untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan bias ideologis. Mereka meminta G7 untuk menghentikan campur tangan dalam urusan internal China dan penghasutan konflik.
Seruan untuk Menghormati Prinsip Satu China dan Penyelesaian Damai
Terkait Selat Taiwan, Guo menyatakan bahwa faktor utama yang mengancam perdamaian dan stabilitas adalah aktivitas separatis yang menginginkan kemerdekaan Taiwan dan campur tangan kekuatan eksternal.
China mendesak G7 untuk menghormati prinsip Satu China, menentang keras gerakan kemerdekaan Taiwan, dan mendukung penyatuan kembali China. Mereka juga meminta G7 untuk tidak memanfaatkan isu maritim guna meningkatkan ketegangan regional.
Situasi di Laut China Timur dan Selatan, menurut Guo, relatif stabil. Ia meminta G7 untuk menghormati upaya bersama negara-negara di kawasan dalam menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi.
China sekali lagi menegaskan penolakannya terhadap pernyataan G7 dan menyerukan kerja sama internasional yang konstruktif, bukan konfrontasi yang didasarkan pada tuduhan yang tidak berdasar. Ketegangan antara China dan G7 tetap tinggi, menandakan tantangan yang kompleks dalam hubungan internasional saat ini. Pernyataan keras dari China ini menunjukkan komitmen tegasnya untuk mempertahankan kedaulatan dan kepentingan nasionalnya.
