Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melancarkan serangan keras terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell. Trump menyebut Powell sebagai “orang bodoh” karena menolak menurunkan suku bunga acuan. Pernyataan ini disampaikan di tengah desakan Trump yang terus-menerus kepada The Fed untuk mengambil langkah tersebut.
Trump berargumen bahwa penurunan suku bunga sebesar dua poin persentase akan menghemat AS hingga US$ 600 miliar (sekitar Rp 9.720 triliun dengan kurs Rp 16.200) per tahun. Kekecewaan Trump terhadap Powell tampak jelas dalam pernyataan-pernyataannya yang semakin meningkat intensitasnya.
Serangan Trump terhadap Powell dan Desakan Penurunan Suku Bunga
Trump menegaskan bahwa ia setuju dengan kenaikan suku bunga jika inflasi sedang meningkat. Namun, ia menekankan bahwa inflasi saat ini sedang turun, sehingga penurunan suku bunga menjadi langkah yang tepat. Pernyataan pedas ini muncul beberapa jam setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan kenaikan harga produsen lebih rendah dari perkiraan pada Mei. Data ini mengurangi kekhawatiran tentang lonjakan inflasi akibat tarif timbal balik.
Serangan terbaru Trump ini merupakan yang ketiga dalam dua hari terakhir. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya tekanan yang diberikan Trump dan pendukungnya kepada The Fed. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, turut menyuarakan dukungan terhadap penurunan suku bunga, menyatakan bahwa ekonomi AS siap untuk langkah tersebut mengingat inflasi yang rendah.
Tanggapan Pasar dan Prediksi Pertemuan The Fed
Para pelaku pasar hampir tidak memperkirakan adanya kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga dalam pertemuan pekan depan, dan hanya sedikit peluang untuk pemangkasan pada bulan Juli. Namun, peluang untuk pemangkasan pada bulan September meningkat signifikan, mencapai sekitar 76% pada Kamis, naik dari 69% sehari sebelumnya.
Investor sempat merasa cemas pada bulan April ketika beredar kabar bahwa Trump mempertimbangkan untuk memecat Powell sebelum masa jabatannya berakhir. Namun, Trump mengurungkan niatnya setelah pasar mengalami gejolak. Sejak saat itu, Trump tidak lagi mengancam akan memecat Powell.
Powell dan Perlindungan Hukum terhadap Pemecatan
Powell sebelumnya menyatakan bahwa undang-undang AS tidak mengizinkan presiden untuk memecatnya. Mahkamah Agung pada bulan Mei juga memberikan isyarat bahwa Gubernur The Fed memiliki perlindungan yang lebih kuat terhadap pemecatan dibandingkan kepala lembaga federal lainnya. Pernyataan-pernyataan ini memberikan perlindungan hukum yang kuat bagi Powell di tengah tekanan politik yang dihadapinya.
Trump secara konsisten menekankan bahwa penurunan suku bunga merupakan langkah yang diperlukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi AS. Namun, The Fed tampaknya masih berhati-hati dalam mengambil keputusan, mempertimbangkan berbagai faktor ekonomi dan potensi dampaknya terhadap inflasi. Perdebatan ini menunjukkan perbedaan pandangan yang signifikan antara eksekutif dan lembaga moneter AS mengenai kebijakan ekonomi yang tepat. Situasi ini patut untuk terus dipantau perkembangannya karena dapat berdampak signifikan pada perekonomian global.