PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dilaporkan telah menghentikan pembelian tembakau dari petani di Temanggung, Jawa Tengah. Temanggung selama ini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil tembakau terbesar di Indonesia, dan merupakan pemasok utama bagi industri rokok nasional. Penghentian pembelian ini menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap petani tembakau setempat.
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa penumpukan pasokan tembakau di gudang Gudang Garam, diiringi penurunan penjualan rokok, menjadi penyebab utama keputusan tersebut. Namun, pandangan dari pihak petani sendiri memberikan perspektif yang berbeda.
Dampak Terbatas Bagi Petani Tembakau Temanggung?
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) DPC Temanggung, Siyamin, menyatakan bahwa dampak penghentian pembelian oleh Gudang Garam terhadap petani tembakau di daerahnya tidak signifikan. Petani, menurutnya, tidak terlalu bergantung pada Gudang Garam sebagai pembeli utama.
Meskipun Gudang Garam merupakan perusahaan rokok besar, petani Temanggung memiliki akses ke berbagai pembeli lainnya. Hal ini terbukti dengan kondisi petani yang tetap baik meskipun Gudang Garam telah berhenti membeli tembakau sejak tahun lalu. Harga tembakau yang tetap bagus juga berkontribusi pada minimnya dampak negatif yang dirasakan.
Diversifikasi Pembeli dan Tingginya Permintaan
Siyamin menjelaskan bahwa banyak perusahaan rokok besar dan kecil lainnya yang siap menyerap hasil panen tembakau petani Temanggung, selama memenuhi standar mutu. Petani tidak terikat pada satu perusahaan saja.
Produksi tembakau Temanggung mencapai 10.000 ton per tahun, dihasilkan dari lahan seluas 12.000 hektare. Permintaan tinggi dari perusahaan seperti Grup Djarum (sekitar 7.000 ton), Sukun (1.000-2.000 ton), dan sejumlah pabrik kecil di Kudus dan Malang memastikan pasokan tembakau tetap terserap dengan baik.
Penurunan Penjualan Rokok dan Penumpukan Stok di Gudang Garam
Bupati Temanggung, Agus Setyawan, telah bertemu langsung dengan manajemen Gudang Garam di Kediri dan mendapatkan konfirmasi terkait penghentian pembelian tembakau dari Temanggung. Anjloknya penjualan rokok menjadi alasan utama keputusan ini.
Penurunan omset Gudang Garam terlihat dari harga sahamnya yang merosot drastis. Saham GGRM yang pernah mencapai Rp 90.000 per lembar pada tahun 2019, kini hanya diperdagangkan sekitar Rp 9.600. Gudang Garam juga memiliki stok tembakau yang cukup besar, bahkan cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi hingga empat tahun ke depan.
Analisis Situasi dan Prospek Ke Depan
Meskipun Gudang Garam menghentikan pembelian, pasar tembakau Temanggung masih cukup dinamis. Diversifikasi pasar dan permintaan yang tinggi dari berbagai pihak memastikan kelangsungan usaha para petani tembakau. Namun, situasi ini tetap memerlukan pemantauan untuk memastikan kesejahteraan petani tembakau tetap terjaga di masa mendatang.
Perlu adanya strategi jangka panjang untuk mengantisipasi fluktuasi pasar dan memastikan harga jual tembakau tetap menguntungkan bagi para petani. Pemerintah juga perlu berperan aktif dalam mendukung pengembangan industri tembakau yang berkelanjutan dan melindungi para petani dari potensi kerugian. Hal ini dapat berupa program diversifikasi komoditas pertanian atau peningkatan kualitas dan nilai tambah hasil pertanian.
Kesimpulannya, sementara penghentian pembelian tembakau oleh Gudang Garam menimbulkan kekhawatiran awal, dampaknya terhadap petani Temanggung terbilang terbatas berkat diversifikasi pasar dan permintaan yang tetap tinggi. Namun, perlu kewaspadaan dan strategi yang tepat untuk memastikan keberlanjutan usaha para petani tembakau di masa depan. Pemerintah dan pihak terkait perlu berperan aktif dalam menjaga kesejahteraan petani.