Dika Irawan, warga Sawangan, Jakarta, sukses meraup keuntungan dari bisnis pembersihan rumah. Awalnya, kegiatan bersih-bersih rumah hanyalah konten biasa di akun Instagram pribadinya.
Namun, respon positif dari pengikutnya terhadap video-video Dika yang menampilkan proses pembersihan dan pemilahan barang-barang di rumahnya, membuatnya mengubah hobi menjadi ladang bisnis yang menjanjikan.
Dari Konten Instagram ke Bisnis Antihoarding
Konten Dika yang berfokus pada permasalahan *hoarding disorder*, yaitu perilaku menimbun barang-barang tidak terpakai, mendapat jutaan views.
Hal ini mendorongnya untuk mendirikan jasa pembersihan rumah bernama Antihoarding, yang tak hanya membersihkan rumah, tetapi juga membantu memilah barang-barang yang menumpuk.
Ide ini muncul karena Dika menyadari banyak orang kesulitan melepaskan barang-barang mereka, meskipun barang tersebut sudah tidak terpakai.
Antihoarding hadir sebagai solusi praktis untuk mengatasi masalah tersebut.
Awal Mula dan Perkembangan Bisnis Antihoarding
Dika memulai bisnisnya dengan menawarkan jasa kepada teman-temannya sebagai testimoni.
Respon positif dari testimoni ini membuatnya kebanjiran pesanan, mulai dari membersihkan gudang hingga kos-kosan.
Proses pemilahan barang-barang yang melibatkan kenangan dan cerita pemilik rumah, menjadi tantangan tersendiri.
Dika mendokumentasikan proses pembersihan rumah pelanggan pertamanya, yang merupakan rumah dua lantai yang sudah lama tidak ditempati.
Awalnya, Dika hanya beroperasi di akhir pekan.
Namun, karena tingginya permintaan, ia membentuk tim dan menerima pesanan setiap hari.
Strategi Pemasaran dan Rencana ke Depan
Dika merekrut teman-temannya untuk bergabung dalam tim Antihoarding.
Selain membantu masyarakat mengatasi masalah *hoarding disorder*, ia juga ingin memberikan kesempatan kerja bagi teman-temannya.
Jasa Antihoarding dibagi dalam dua kategori: ruangan (mulai Rp 500.000) dan rumah (mulai Rp 1.000.000), dengan harga yang disesuaikan dengan luas dan tingkat keparahannya.
Dika berharap bisnisnya dapat berkembang hingga wilayah Jabodetabek.
Meskipun memiliki rencana untuk membuat aplikasi atau bermitra dengan aplikasi pemesanan lainnya, Dika memprioritaskan pendekatan personal.
Menurutnya, *decluttering* bukan sekadar membersihkan rumah, tetapi juga melibatkan aspek emosional yang perlu penanganan khusus.
Kisah sukses Dika Irawan membuktikan bahwa ide bisnis dapat muncul dari berbagai sumber, termasuk hobi dan pengalaman pribadi. Dengan kejelian melihat peluang dan keuletan dalam menjalankannya, bisnis Antihoarding sukses menjadi solusi bagi permasalahan *hoarding disorder* sekaligus menjanjikan penghasilan yang signifikan.