Juliana Marins (27), wisatawan asal Brasil, ditemukan meninggal dunia pada Selasa (24/6/2025) setelah terperosok ke jurang saat mendaki Gunung Rinjani. Kejadian ini menyoroti sejumlah permasalahan terkait keamanan dan prosedur darurat di kawasan wisata populer tersebut.
Seorang pakar geologi dari Instituto de Pesquisas Tecnoligicas (IPT), Marcelo Gramani, mengungkapkan keprihatinannya terkait lambatnya proses evakuasi Juliana. Ia mempertanyakan kesiapan rencana darurat yang dimiliki pengelola Gunung Rinjani.
Lambatnya Evakuasi dan Minimnya Persiapan Darurat
Gramani menyayangkan lambatnya proses evakuasi Juliana, terlebih lokasi jatuhnya sudah diketahui melalui citra drone. Ia menilai keterlambatan ini tidak bisa dibenarkan, mengingat medan dan cuaca di lokasi sudah seharusnya dipahami oleh pihak berwenang.
Selain itu, Gramani juga mengkritik minimnya perlengkapan dan ketiadaan tim penyelamat yang siaga di area yang dikenal berbahaya tersebut. Hal ini dianggap sebagai kelalaian yang seharusnya bisa diantisipasi.
Lokasi jatuhnya Juliana bukanlah titik baru bagi kecelakaan pendakian. Kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya, sehingga seharusnya menjadi peringatan untuk meningkatkan pengawasan dan pengamanan.
Gramani menekankan pentingnya aturan dasar pendakian, yaitu tidak meninggalkan pendaki sendirian, apalagi di area berisiko tinggi. Ini merupakan langkah pencegahan yang sangat krusial.
Kritik Terhadap Keputusan Mengabaikan Penutupan Jalur Pendakian
Gramani juga mengkritik keputusan pengelola taman nasional yang tidak menutup jalur pendakian meskipun insiden tengah berlangsung. Ia berpendapat, seharusnya semua kegiatan dihentikan sementara untuk memfokuskan upaya penyelamatan korban.
Menurutnya, pemetaan risiko di lokasi wisata alam sangat penting. Bukan untuk membatasi wisatawan, tetapi untuk membangun budaya keselamatan yang lebih baik. Ini termasuk pelatihan pemandu, pemasangan rambu peringatan, dan infrastruktur darurat di titik-titik rawan.
Pentingnya Keamanan sebagai Daya Tarik Wisata
Gramani menambahkan, keamanan merupakan bagian penting dari daya tarik wisata. Wisatawan akan merasa lebih nyaman dan aman jika tahu ada sistem yang siap membantu ketika terjadi masalah. Ini perlu menjadi prioritas utama.
Juliana jatuh ke jurang pada Sabtu (21/6) pagi karena kelelahan. Ia sendirian di Cemoro Nunggal, sementara rombongannya melanjutkan perjalanan ke puncak bersama pemandu.
Operasi pencarian dan penyelamatan melibatkan tim SAR gabungan dari berbagai instansi, termasuk Polda, pemerintah provinsi, Basarnas, Balai TNGR, warga lokal, dan pemandu. Curamnya medan dan cuaca buruk menjadi kendala utama dalam operasi penyelamatan.
Kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi pengelola wisata alam di Indonesia. Prioritas keselamatan pendaki harus diutamakan dengan peningkatan sistem keamanan dan prosedur darurat yang lebih terintegrasi dan responsif.
Dengan begitu, wisata alam dapat dinikmati dengan aman dan nyaman oleh semua pihak, menjaga reputasi Indonesia sebagai destinasi wisata yang bertanggung jawab dan ramah.