Konflik geopolitik antara Iran dan Israel tengah menjadi sorotan dunia, mempengaruhi dinamika ekonomi global secara signifikan. Hal ini diungkapkan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, usai menghadiri Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia.
Anindya menekankan bahwa ketegangan di Timur Tengah tersebut menjadi perhatian utama para pemimpin dunia dan pelaku ekonomi internasional, menimbulkan ketidakpastian yang cukup besar.
Dampak Konflik Iran-Israel terhadap Ekonomi Global
Menurut Anindya, sekitar 40 hingga 50 persen diskusi di SPIEF 2025 difokuskan pada ketegangan Iran-Israel. Konflik ini dinilai memicu polarisasi yang semakin tajam antara blok Barat dan Timur.
Ia melihat konflik tersebut sebagai indikasi pergeseran tatanan global menuju struktur multipolar, di mana pengaruh negara-negara besar tidak lagi dominan.
Anindya menambahkan, kehadiran Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin di forum tersebut semakin menggarisbawahi pentingnya isu ini dalam konteks global.
Munculnya Kekuatan Baru dan Pergeseran Pengaruh Global
Anindya juga menyoroti perkembangan blok BRICS yang pesat. Ia melihat ketidakhadiran Amerika Serikat dan China dalam beberapa dialog multilateral, seperti APEC, sebagai tanda pergeseran pengaruh global.
Dengan bergabungnya sembilan negara baru, termasuk Indonesia, blok BRICS kini mencakup sebagian besar populasi dunia. Hal ini menunjukkan perubahan signifikan dalam lanskap geopolitik dan ekonomi global.
- Sembilan negara baru yang bergabung dengan BRICS adalah Belarus, Bolivia, Kuba, Indonesia, Kazakhstan, Malaysia, Thailand, Uganda, dan Uzbekistan.
- Ekspansi BRICS menandakan munculnya kekuatan ekonomi baru yang dapat menantang dominasi negara-negara Barat.
Posisi Strategis Indonesia di Tengah Dinamika Global
Di SPIEF 2025, Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mengambil posisi tengah, tidak berpihak sepenuhnya pada blok Barat maupun Timur. Indonesia memilih pendekatan yang lebih seimbang, mengutamakan kepentingan rakyatnya.
Anindya menekankan pentingnya Indonesia untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan ekonomi internasional, terutama dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat.
Indonesia, menurut Anindya, tidak dapat sepenuhnya tunduk pada tekanan negara besar, karena memiliki alternatif lain seperti perjanjian IEU-CEPA (Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement).
Indonesia memiliki posisi strategis di kancah internasional. Sebagai negara dengan beragam pengaruh, Indonesia memiliki tiga suara penting dalam forum global:
- Sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di G20.
- Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
- Sebagai mitra penting di kawasan Indo-Pasifik.
Ketiga hal ini memberikan Indonesia peran vital dalam menjaga stabilitas dan ketertiban dunia.
Konflik Iran-Israel dan dinamika geopolitik global lainnya menunjukkan perlunya strategi yang cermat dan kebijaksanaan dalam menangani tantangan ekonomi dan politik kedepan. Posisi Indonesia sebagai negara yang mampu menjaga keseimbangan akan sangat menentukan peran dan pengaruhnya di masa mendatang.