Banjir besar dan tsunami merupakan ancaman serius bagi banyak negara di dunia. Kerugian jiwa dan harta benda yang diakibatkannya sangat besar. Salah satu solusi yang dianggap efektif untuk mengurangi dampak bencana ini adalah pembangunan giant sea wall atau tembok laut raksasa.
Tembok laut raksasa ini berfungsi sebagai benteng pertahanan untuk menahan laju air laut, meminimalisir dampak banjir dan tsunami terhadap permukiman penduduk. Investasi yang besar dibutuhkan untuk membangun infrastruktur skala monumental ini, mengingat dampaknya yang krusial bagi keselamatan warga.
Negara-Negara dengan Giant Sea Wall
Berbagai negara di dunia telah membangun giant sea wall sebagai upaya mitigasi bencana. Pembangunannya didorong oleh posisi geografis yang rawan banjir dan tsunami, serta komitmen pemerintah untuk melindungi warganya.
Berikut beberapa contoh negara yang telah berhasil membangun dan menerapkan teknologi giant sea wall sebagai solusi perlindungan bencana alam.
Belanda dan Afsluitdijk
Belanda, negara yang sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan laut, telah membangun Afsluitdijk, sebuah tembok laut sepanjang 32 kilometer. Dibangun pada tahun 1927-1932 dengan biaya USD 2,5 miliar, Afsluitdijk memiliki tinggi sekitar 6,7 hingga 7,4 meter.
Struktur Afsluitdijk yang unik, berupa gerbang dengan banyak pilar yang berfungsi sebagai bendungan dan pintu air, efektif menahan laju air laut. Pemerintah Belanda terus melakukan pemeliharaan dan peningkatan fungsi Afsluitdijk seiring dengan perubahan kondisi geografis dan kenaikan permukaan air laut.
Jepang dan Pertahanan Tsunami
Jepang, negara yang sering dilanda gempa bumi dan tsunami, telah membangun dan memperkuat sistem pertahanan pantai yang meliputi giant sea wall. Pengalaman pahit tsunami Tohoku 2011 yang menewaskan 20.000 orang dan mengakibatkan bencana nuklir Fukushima, mendorong pembangunan tembok laut yang lebih tangguh.
Jepang menginvestasikan dana hingga USD 12 miliar untuk membangun tembok laut sepanjang 400 km di pesisir timur laut, dengan tinggi mencapai 14,7 meter di beberapa titik. Desainnya yang inovatif, dengan fondasi dalam dan teknologi geotekstil, dirancang untuk menyerap energi tsunami.
Korea Selatan dan Saemangeum
Giant sea wall di Korea Selatan, dikenal dengan nama Saemangeum, memiliki panjang 33,9 km dan membentang di atas dataran pasang surut seluas 401 km². Proyek ini bukan semata-mata untuk mencegah banjir, melainkan juga untuk pengembangan ekonomi melalui industri, hiburan, dan pertanian.
Saemangeum, yang selesai dibangun pada tahun 2010 dengan biaya USD 2,6 miliar, kemudian mendapatkan tambahan investasi USD 18,92 miliar untuk pembangunan infrastruktur pendukung dan reklamasi lahan. Proyek ini menunjukkan skala besar investasi infrastruktur di Korea Selatan.
China dan Tembok Laut Bersejarah
China memiliki sejarah panjang dalam membangun tembok laut untuk melindungi wilayahnya dari banjir dan serangan bajak laut. Salah satu contohnya adalah tembok laut di Fengxian, Shanghai, yang membentang sepanjang 3,9 kilometer hingga 300 km.
Tembok laut Fengxian atau Huating, yang dibangun dari batu, merupakan bagian penting dari sejarah pertahanan pantai China. Walaupun telah ada selama berabad-abad, tembok ini tetap menjadi bukti pentingnya proteksi pantai di negara tersebut.
Indonesia dan Upaya Pengamanan Pantai
Indonesia, sebagai negara kepulauan, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan garis pantai dan mitigasi bencana. Pembangunan giant sea wall menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah banjir rob, terutama di wilayah pesisir seperti Jakarta.
Indonesia merencanakan pembangunan giant sea wall sepanjang 946 km dari Cilegon hingga Gresik, secara bertahap. Proyek tahap A di Jakarta telah selesai dibangun, dan pembangunan tahap B sedang berlangsung. Giant sea wall juga sedang dibangun di Jawa Tengah terintegrasi dengan proyek infrastruktur lainnya.
Italia dan Proyek MOSE di Venesia
Venesia, kota bersejarah di Italia yang terkenal dengan keindahannya, terancam oleh kenaikan permukaan air laut. Proyek MOSE (Modulo Sperimentale Elettromeccanico) dibangun untuk melindungi Venesia dari banjir.
Sistem MOSE terdiri dari gerbang yang dapat dinaikkan untuk menahan gelombang tinggi. Proyek ini merupakan infrastruktur yang kompleks dan mahal, namun krusial untuk menjaga kelestarian Venesia sebagai tujuan wisata dan pusat ekonomi penting Italia.
Pembangunan giant sea wall merupakan investasi besar yang menunjukkan komitmen negara-negara dalam melindungi warganya dari bencana alam. Namun, pembangunan tersebut perlu diimbangi dengan upaya pelestarian lingkungan dan perencanaan tata ruang yang terintegrasi untuk keberlanjutan jangka panjang.