Pejabat kepresidenan Iran, Majid Farahani, menyatakan Amerika Serikat (AS) dapat dengan mudah mengakhiri konflik dengan Israel hanya melalui sebuah panggilan telepon. Pernyataan ini disampaikan kepada CNN pada Jumat, 20 Juni 2025, di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Farahani menekankan bahwa diplomasi bisa segera dimulai jika Presiden AS Donald Trump menginstruksikan Israel untuk menghentikan serangannya.
Iran percaya pada dialog, baik langsung maupun tidak langsung. Namun, perundingan dinilai mustahil selama serangan Israel masih berlangsung. Farahani menambahkan, Iran tidak akan menghentikan pengayaan uranium, meskipun mungkin akan dilakukan pengurangan. Mereka bersikukuh bahwa pengayaan uranium ditujukan untuk keperluan damai, meskipun tingkat pengayaan hampir mencapai level senjata nuklir.
Tuntutan Iran: Satu Panggilan Telepon untuk Menghentikan Perang
Farahani menegaskan, sebuah panggilan telepon dari Presiden Trump kepada pemimpin Israel dapat langsung menghentikan perang. Ia menekankan pentingnya penghentian serangan Israel sebagai prasyarat untuk memulai perundingan. Pernyataan ini muncul di tengah pertempuran yang telah berlangsung selama dua minggu.
Pernyataan ini juga merupakan penegasan sikap Iran yang menolak negosiasi selama agresi militer Israel masih berlangsung. Iran menganggap tindakan militer Israel sebagai penghalang utama bagi setiap upaya perdamaian.
Pertemuan Jenewa dan Ketidakpastian Peran AS
Pertemuan tingkat menteri luar negeri Iran, Inggris, Prancis, dan Jerman, serta kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa di Jenewa menandai pertemuan tatap muka pertama sejak perang Iran-Israel dimulai. Pertemuan ini menjadi upaya diplomasi di tengah konflik yang kian memanas.
Sementara itu, AS masih mempertimbangkan intervensi militer dalam konflik ini. Presiden Trump memberikan tenggat waktu dua minggu untuk memutuskan apakah AS akan bergabung dengan Israel. Waktu dua minggu ini, menurut Farahani, memberikan celah sempit untuk negosiasi damai.
Reaksi Publik dan Eskalasi Konflik
Unjuk rasa pro-pemerintah di Teheran menunjukkan kemarahan publik terhadap AS dan Israel. Massa besar mengibarkan bendera Iran, Hizbullah, dan Palestina, sembari membakar bendera AS dan Israel. Kejadian ini menunjukkan meningkatnya sentimen anti-AS dan anti-Israel di Iran.
Serangan rudal Iran ke Israel juga terus berlanjut. Laporan menyebutkan serangan rudal menghantam dekat kantor Microsoft di Beersheva. Eskalasi konflik ini menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya perang dan implikasinya terhadap stabilitas regional.
Konflik Iran-Israel terus meningkat dan menimbulkan ketidakpastian global. Pernyataan Farahani menunjukkan bahwa Iran menganggap AS memiliki peran kunci dalam mengakhiri konflik. Namun, keputusan AS untuk intervensi atau tetap bersikap netral masih belum jelas dan akan menentukan arah konflik ke depan. Pertemuan di Jenewa menjadi titik harapan kecil di tengah situasi yang mencekam ini. Langkah selanjutnya dari kedua belah pihak akan menentukan apakah konflik akan berujung pada negosiasi damai atau eskalasi lebih lanjut.