Harga emas dunia mengalami penurunan signifikan sebesar 1,8 persen dalam sepekan terakhir. Penurunan ini terjadi di tengah ketidakpastian keputusan Amerika Serikat terkait keterlibatan dalam konflik Timur Tengah, serta kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang tetap dipertahankan. Kondisi ini mendorong harga emas spot ke level terendah sejak 12 Juni 2025, yaitu 3.368,68 dollar AS per ons pada penutupan perdagangan Jumat (25/4/2025).
Ketidakpastian Geopolitik Mempengaruhi Harga Emas
Presiden AS Donald Trump menunda keputusan mengenai keterlibatan AS dalam konflik Israel-Iran. Keputusan ini, menurut pedagang logam independen Tai Wong, berdampak signifikan terhadap pergerakan harga emas.
Wong memprediksi harga emas berpotensi turun lebih lanjut hingga mencapai level 3.250 dollar AS per ons. Trump dijadwalkan akan mengumumkan keputusannya dalam dua minggu mendatang.
Konflik Israel-Iran sendiri telah memasuki hari kedelapan, ditandai dengan serangan balasan yang terus berlanjut dari kedua belah pihak. Serangan rudal Iran pada Jumat pagi (21/6/2025) menyasar berbagai fasilitas di kota selatan Beersheba, semakin memperkeruh situasi.
Kebijakan The Fed dan Dampaknya terhadap Harga Emas
The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,25-2,50 persen pada pertemuan Juni 2025. Ini merupakan keputusan keempat kalinya The Fed mempertahankan suku bunga tinggi sejak terakhir kali menurunkan suku bunga pada Desember 2024.
Keputusan ini menunjukkan sinyal perlambatan laju pemangkasan suku bunga karena proyeksi inflasi yang lebih tinggi akibat kebijakan tarif pemerintah Trump. Meskipun masih memproyeksikan pemangkasan 50 bps tahun ini, The Fed berencana memperlambat penurunan suku bunga menjadi 25 bps pada tahun 2026 dan 2027.
Lingkungan suku bunga tinggi tidak menguntungkan emas sebagai aset lindung nilai yang tidak memberikan imbal hasil.
Permintaan Emas Tetap Kuat di Tengah Geopolitik yang Tegang
Meskipun harga emas tertekan oleh suku bunga tinggi dan ketidakpastian geopolitik, permintaan terhadap logam mulia ini diperkirakan tetap tinggi. Hal ini didorong oleh meningkatnya ketidakstabilan global.
Analis Julius Baer, Carsten Menke, menyatakan optimismenya terhadap permintaan emas. Ia menekankan kekuatan permintaan dari para pencari aset aman (safe haven) dan bank sentral yang akan menopang harga emas.
Permintaan yang kuat ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang cukup signifikan terhadap harga emas pada level saat ini, meski tantangan dari kebijakan moneter masih ada.
Harga emas di pasar berjangka Comex New York Exchange juga mengalami penurunan sebesar 0,7 persen pada penutupan Jumat, mencapai 3.385,70 dollar AS per ons. Penurunan harga emas ini menunjukkan dampak gabungan dari ketidakpastian geopolitik dan kebijakan moneter AS. Meskipun ada tekanan penurunan harga, prospek permintaan emas tetap kuat seiring dengan berlanjutnya ketidakstabilan global. Situasi ini akan terus dipantau dengan cermat oleh para investor dan pelaku pasar. Kejelasan keputusan Presiden Trump dan langkah selanjutnya The Fed akan menjadi faktor penentu pergerakan harga emas ke depannya.
