Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, memperingatkan bahwa keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam konflik Israel-Iran akan berujung malapetaka bagi seluruh kawasan. Konflik yang telah berlangsung selama satu pekan ini, menurutnya, bukan urusan AS.
Khatibzadeh menekankan kepada BBC bahwa jika Presiden AS Donald Trump ikut campur, ia akan dikenang sebagai presiden yang ikut campur dalam perang yang bukan urusannya. Keterlibatan AS berpotensi memperburuk situasi dan memperpanjang konflik.
Inggris, sebagai sekutu dekat AS, juga akan terkena dampaknya. Pertanyaan pun muncul: peran apa yang akan dimainkan Inggris jika Trump memutuskan untuk mendukung Israel dalam menghancurkan program nuklir Iran?
Serangan Timbal Balik dan Negosiasi yang Terhenti
Serangan rudal dari Iran yang mengenai Rumah Sakit Soroka di Israel memicu ketegangan lebih lanjut. Pemerintah Iran mengklaim serangan itu menargetkan situs militer di dekat rumah sakit, bukan fasilitas rumah sakit itu sendiri.
Israel, di sisi lain, menyatakan telah menyerang beberapa situs nuklir Iran, termasuk reaktor air berat Arak dan fasilitas nuklir Natanz. Belum ada informasi resmi mengenai korban jiwa di Iran akibat serangan Israel.
Serangan-serangan ini terjadi di tengah situasi yang genting. Gedung Putih menyatakan Trump akan memutuskan keterlibatan langsung AS dalam dua pekan ke depan. Khatibzadeh menegaskan prioritas Iran adalah diplomasi, tetapi bombardir terus berlanjut sehingga negosiasi sulit dilakukan.
Ia bersikukuh bahwa serangan Iran merupakan bentuk pertahanan diri sesuai Pasal 51 Piagam PBB. Khatibzadeh menjelaskan bahwa eskalasi konflik dimulai ketika Israel menyerang situs nuklir Iran pada 13 Juni, menewaskan beberapa jenderal dan ilmuwan nuklir. Ia menyebut konflik ini tidak perlu dan tidak beralasan.
Tuduhan Senjata Nuklir Iran dan Peran IAEA
Israel menuduh Iran berupaya mempersenjatai uranium yang diperkayanya, yang dapat digunakan untuk senjata nuklir. Iran membantah tuduhan tersebut dan menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.
IAEA menyatakan Iran telah mengumpulkan cukup uranium yang diperkaya hingga kemurnian 60 persen, hanya selangkah lagi menuju standar senjata (90 persen). Khatibzadeh menyebut tuduhan tersebut sebagai omong kosong.
Kepala IAEA, Rafael Grossi, menegaskan fasilitas nuklir tidak boleh diserang karena berpotensi membahayakan manusia dan lingkungan. Khatibzadeh juga menyampaikan bahwa negara-negara Eropa ingin kembali ke jalur diplomasi, dengan rencana pertemuan di Jenewa.
Posisi dan Peran Inggris di Tengah Konflik
Inggris, sebagai sekutu dekat AS, kemungkinan besar akan terkena dampak konflik Israel-Iran. Pengalaman pahit Inggris dalam ikut serta dalam invasi Irak tahun 2003, yang ternyata berdasarkan informasi intelijen yang salah, menjadi pelajaran berharga.
Meskipun bukan pemain sentral, Inggris memiliki peran diplomatik yang signifikan. Bersama negara-negara G7 lainnya, Inggris menyerukan deeskalasi. Namun, Israel tampaknya tidak akan mendengarkan, terutama karena hubungan antara kedua negara memburuk.
Inggris, bersama negara-negara Eropa lainnya, pernah berperan dalam negosiasi JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) tahun 2015. Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, berada di Washington dan akan menuju Jenewa untuk berdiskusi dengan Iran.
Inggris juga memiliki aset militer strategis di Timur Tengah dan Samudra Hindia yang bisa berperan. Berikut beberapa potensi keterlibatan Inggris:
Diego Garcia
Pangkalan militer bersama Inggris dan AS di Samudra Hindia ini memiliki posisi strategis. Berjarak 3.700 km dari Iran, Diego Garcia dapat digunakan sebagai pangkalan untuk pesawat pembom B-2 Spirit AS yang membawa bom GBU-57 MOP, yang diklaim mampu menghancurkan bunker bahkan fasilitas pengayaan nuklir di Fordo.
Penggunaan Diego Garcia oleh AS memerlukan izin dari Inggris. Jaksa Agung Inggris dilaporkan telah memperingatkan bahwa keterlibatan militer Inggris harus bersifat defensif.
Siprus
Inggris memiliki RAF Akrotiri di Siprus, markas jet RAF Typhoon, dan stasiun pemantau intelijen di Ayios Nikolaos. Fasilitas ini memungkinkan Inggris mengerahkan pasukan dengan cepat ke Timur Tengah.
RAF Typhoon sebelumnya terlibat dalam operasi militer di Suriah dan Irak. Namun, dalam konflik Israel-Iran saat ini, Israel menyatakan tidak membutuhkan bantuan Inggris.
Teluk
Angkatan Laut Inggris memainkan peran penting dalam menjaga keamanan Teluk dan Selat Hormuz, terutama dalam penanggulangan ranjau laut. HMS Middleton, kapal penyapu ranjau Inggris, saat ini berada di Teluk, tetapi belum dilibatkan dalam operasi tempur.
Jika Iran menutup Selat Hormuz, yang dilalui 20-30 persen pasokan minyak dunia, peran Inggris akan sangat krusial. Inggris juga memiliki pasukan di Irak dan fasilitas pelabuhan di Oman.
Konflik Israel-Iran berpotensi menimbulkan konsekuensi negatif yang luas. Iran telah memperingatkan akan membalas negara-negara yang menyerang atau membantu serangan terhadapnya. Jika Inggris mengizinkan AS menggunakan Diego Garcia, Inggris juga berisiko menjadi sasaran serangan balasan Iran. Situasi ini memerlukan langkah diplomasi yang cermat dan bijaksana dari semua pihak untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.