Greenland, wilayah Arktik yang kaya akan sumber daya mineral, menyatakan komitmennya untuk tidak menjadi negara tambang besar. Meskipun menyimpan 25 dari 34 jenis mineral penting menurut Komisi Eropa, termasuk grafit, molibdenum, dan titanium yang krusial untuk transisi energi berkelanjutan, Greenland memilih pendekatan yang lebih selektif dalam pengembangan sektor pertambangannya.
Pemerintah Greenland menekankan prioritasnya pada pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, menimbang dampak lingkungan dan sosial. Hal ini diutarakan langsung oleh Menteri Bisnis dan Sumber Daya Mineral Greenland, Naaja Nathanielsen.
Kaya Mineral, Namun Tetap Prioritaskan Kelestarian
Greenland, sebagai wilayah otonom Denmark, memang telah lama menarik perhatian dunia sebagai sumber potensial berbagai mineral berharga. Potensi ini, termasuk logam tanah jarang (rare earth) yang sangat penting untuk teknologi modern, telah memicu ketertarikan investor global.
Namun, tantangan geografis dan infrastruktur yang terbatas menjadi kendala pengembangan industri pertambangan skala besar. Cuaca ekstrem di wilayah Arktik juga menambah kompleksitas operasional.
Pemerintah Greenland berkomitmen untuk membatasi jumlah tambang aktif hanya lima hingga sepuluh sekaligus. Hal ini untuk memastikan pengelolaan sumber daya yang bertanggung jawab dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal.
Menyeimbangkan Potensi Ekonomi dan Kelestarian Lingkungan
Meskipun menerapkan kebijakan yang lebih selektif, Greenland tetap berkomitmen untuk mengembangkan sektor pertambangannya. Proyek eksplorasi grafit, emas, tembaga, nikel, dan logam tanah jarang terus berjalan.
Pengembangan tambang di Greenland akan tetap dilakukan dengan memperhatikan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang tinggi. Hal ini untuk menghindari kesalahan masa lalu terkait pencemaran lingkungan akibat aktivitas pertambangan.
Dukungan publik terhadap industri pertambangan di Greenland cukup tinggi, asalkan standar lingkungan dijaga dan kepentingan komunitas lokal diperhatikan. Hal ini menjadi kunci keberhasilan pengembangan sektor pertambangan yang berkelanjutan di Greenland.
Greenland: Alternatif Baru untuk Pasokan Logam Tanah Jarang
Saat ini, Greenland hanya memiliki dua tambang aktif. Namun, wilayah ini dipandang sebagai alternatif strategis bagi negara-negara Barat untuk mengurangi ketergantungan pada China sebagai pemasok utama logam tanah jarang.
Investasi asing terus mengalir ke Greenland, seperti terlihat dari letter of interest dari Export-Import Bank Amerika Serikat senilai 120 juta dolar AS untuk pengembangan tambang Tanbreez. Proyek ini merupakan investasi luar negeri pertama pemerintahan Trump di sektor pertambangan Greenland.
Selain itu, pemerintah Greenland juga baru-baru ini memberikan izin tambang selama 30 tahun kepada konsorsium Denmark-Perancis untuk mengeksploitasi batuan anorthosit yang kaya akan aluminium.
Keunikan geologi Greenland, yang menyimpan hampir semua jenis sumber daya mineral, dipadukan dengan kerangka hukum yang ketat dan stabil, membuat wilayah ini semakin menarik bagi investor internasional. Namun, prioritas tetap pada pembangunan yang berkelanjutan dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat lokal.
Eldur Olafsson, CEO perusahaan tambang Amaroq yang beroperasi di Greenland, mengatakan bahwa masa depan Greenland berada di tangan rakyatnya sendiri. Ia memperkirakan Greenland akan menjadi negara merdeka yang didukung oleh negara-negara Nordik dan AS.
Dengan komitmen yang kuat terhadap lingkungan dan masyarakat lokal, Greenland berupaya menyeimbangkan potensi ekonomi dari sektor pertambangan dengan pelestarian alam dan kesejahteraan warganya. Hal ini menunjukkan sebuah model pembangunan yang berkelanjutan dan patut dicontoh oleh negara lain yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.